Sistem Bilangan dan Aritmatika Biner
1). Sistem desimal dan biner
Dalam
sistem bilangan desimal,
nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel 1.1. yaitu A,
disebut satuan, kolom kedua yaitu B
disebut puluhan, C
disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom
A, B, C
menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100
= 1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang
sama, setiap kolom
pada system bilangan biner,
yaitu sistem bilangan
dengan basis 2, menunjukkan eksponen
dengan basis 2, yaitu 20 = 1,
21 = 2, 22 = 4, dan seterusnya.
Tabel 1.1. Nilai Bilangan Desimal dan Biner

Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut
least significant bit (LSB), dan
bit paling kiri disebut most
significant bit (MSB).
Tabel 1.2. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner
Ekivalensinya
![]() |
Untuk
membedakan bilangan pada
sistem yang berbeda digunakan subskrip.
Sebagai contoh 910 menyatakan bilangan sembilan
pada sistem bilangan
desimal, dan 011012 menunjukkan
bilangan biner 01101.
Subskrip tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai
sudah jelas.
Tabel 1.3. Contoh
Pengubahan Bilangan Biner
menjadi Desimal
![]() |
Konversi Desimal
ke Biner
Cara untuk mengubah bilangan desimal
ke biner adalah dengan pembagian. Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa
pembagian akan bernilai 0 atau 1,
yang akan membentuk
bilangan biner dengan
sisa yang terakhir menunjukkan
MSBnya. Sebagai contoh, untuk
mengubah 5210
menjadi bilangan biner, diperlukan langkah-langkah berikut :
52 : 2 = 26 sisa 0, LSB
26 : 2 = 13 sisa 0
13 : 2 = 6 sisa 1
6 : 2 =
3 sisa 0
3 : 2 = 1 sisa 1
1 : 2 = 0 sisa 1, MSB
Sehingga
bilangan desimal 5210 akan diubah
menjadi bilangan biner 110100.
Cara di atas
juga bisa digunakan
untuk mengubah sistem bilangan yang
lain, yaitu oktal
atau heksadesimal.
2). Bilangan Oktal
Bilangan Oktal
adalah sistem bilangan
yang berbasis 8 dan mempunyai delapan simbol bilangan yang
berbeda : 0,1,2,….,7. Teknik pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk
mengubah bilangan desimal
menjadi bilangan octal. Bilangan desimal yang akan diubah
secara berturut-turut dibagi dengan 8
dan sisa pembagiannya
harus selalu dicatat. Sebagai
contoh, untuk mengubah bilangan 581910 ke oktal, langkah-langkahnya
adalah :
5819 : 8 = 727,
sisa 3, LSB
727 : 8 =
90, sisa 7
90 : 8 =
11, sisa 2
11 : 8 =
1, sisa 3
1 : 8 = 0, sisa 1, MSB
Sehingga 581910 = 132738
Bilangan Oktal
dan Biner
Setiap digit
pada bilangan oktal
dapat disajikan dengan 3 digit
bilangan biner, lihat Tabel 1.2. Untuk mengubah
bilangan oktal ke
bilangan biner, setiap digit
oktal diubah secara
terpisah. Sebagai contoh, 35278 akan diubah sebagai berikut:
38 =
0112 , MSB
58 =
1012
28 = 0102
78 =
1112 , LSB
Sehingga bilangan oktal 3527 sama dengan bilangan 011
101 010 111.
Sebaliknya, pengubahan
dari bilangan biner
ke bilangan oktal dilakukan
dengan mengelompokkan setiap tiga
digit biner dimulai dari digit paling kanan, LSB. Kemudian,
setiap kelompok diubah
secara terpisah ke dalam
bilangan oktal. Sebagai
contoh, bilangan 11 110 011 0012
akan
dikelompokkan menjadi 11 110 011
001, sehingga.
112 = 38 , MSB
1102 = 68
0112 = 38
0012 = 18 , LSB
Jadi,
bilangan biner 11110011001
apabila diubah menjadi bilangan
oktal akan diperoleh 36318
.
3). Bilangan Hexadesimal
Bilangan heksadesimal,
sering disingkat dengan
hex, adalah bilangan dengan
basis 16, dan mempunyai 1610
simbol yang berbeda, yaitu 0 sampai dengan 15.
Bilangan yang lebih besar dari 1510 memerlukan lebih dari satu digit hex. Kolom
heksadesimal menunjukkan eksponen dengan
basis 16, yaitu 160 = 1, 161 = 16, 162 = 256, dan seterusnya. Sebagai contoh :
152B16 = (1 x 163
) + (5 x 162 ) + (2 x 161 ) + (11 x 160)
= 1 x
4096 + 5 x 256 + 2 x 16 + 11 x 1
= 4096
+ 1280 + 32 + 11
= 541910
Sebaliknya,
untuk mengubah bilangan
desimal menjadi bilangan heksadesimal, dapat dilakukan dengan
cara membagi bilangan desimal
tersebut dengan 16.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 340910 menjadi bilangan heksadesimal, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3409/16 = 213, sisa
110 = 116 ,
LSB
213/16 = 13,
sisa 510 = 516
13/16 = 0,
sisa 1310 = D16 ,
MSB
Sehingga, 340910 = D5116 .
Bilangan
Hexadesimal dan Biner
Setiap digit pada bilangan
heksadesimal dapat disajikan dengan empat buah bit.
Untuk
mengubah bilangan heksadesimal
menjadi bilangan biner, setiap digit dari bilangan heksadesimal
diubah secara terpisah
ke dalam empat
bit bilangan biner. Sebagai
contoh, 2A5C16 dapat diubah
ke bilangan biner sebagai berikut.
216 =
0010, MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 =
1100, LSB
Sehingga,
bilangan heksadesimal 2A5C
akan diubah menjaid bilngan biner
0010 1010 0101 1100.
Sebaliknya, bilangan
biner dapat diubah
menjadi bilangan
heksadesimal dengan cara
mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan biner tersebut dimulai dari sigit
paling kanan. Sebagai
contoh, 01001111010111002
dapat dikelompokkan menjadi 0100 1111
0101 1110. Sehingga:
01002 = 416 , MSB
11112 = F16
01012 = 516
11102 = E16 , LSB
Dengan
demikian, bilangan 0100
1111 0101 11102 = 4F5E16.
4). Bilangan
Biner Pecahan
Dalam sistem bilangan desimal,
bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan titik desimal. Digit-digit yang
berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin besar,
dan digit-digit yang
berada di sebelah kanan titik desimal mempunyai nilai
eksponen yang semakin kecil. Sehingga
0.110 = 10-1 = 1/10
0.0110 = 10-2 = 1/100
0.2 = 2
x 0.1 = 2 x 10-1 , dan seterusnya.
Cara yang sama
juga bisa digunakan
untuk menyajikan bilangan biner
pecahan. Sehingga,
0.12 = 2-1 = ½,
dan
0.012
= 2-2 = ½- 2 = ¼
Sebagai contoh,
0.1112 = ½
+ ¼ + 1/8
= 0.5 + 0.25 + 0.125
= 0.87510
101.1012 = 4 +
0 + 1+ ½ + 0 + 1/8
= 5 + 0.625
= 5.62510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan dengan
cara mengalihkan bagian
pecahan dari bilangan desimal
tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian merupakan
pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan
pada sisa sebelumnya
sampai hasil perkalian sama
dengan 1 atau
sampai ketelitian yang diinginkan. Bit
biner pertama yang
diperoleh merupakan MSB dari
bilangan biner pecahan.
Sebagai contoh, untuk mengubah 0.62510 menjadi
bilangan biner dapat dilaksanakan dengan :
0.625 x
2 = 1.25, bagian bulat = 1 (MSB), sisa =
0.25
0.25 x 2
= 0.5, bagian bulat = 0, sisa = 0.5
0.5 x 2
= 1.0, bagian bulat = 1 (LSB), tanpa sisa
Sehingga,
0.62510 = 0.1012
5). Sistem Bilangan BCD
Sampai saat
ini kita hanya
melihat pengubahan dari bilangan
desimal ke bilangan biner murni. Pada beberapa aplikasi, misalnya
sistem berdasar mikroprosesor, seringkali lebih sesuai apabila
setiap digit bilangan
desimal diubah menjadi 4
digit bilangan biner.
Dengan cara ini,
suatu bilangan desimal 2 digit akan diubah menjadi dua kelompok empat digit
bilangan biner, sehingga
keseluruhannya menjadi 8 bit,
tidak bergantung pada
nilai bilangan desimalnya
sendiri. Hasilnya sering disebut sebagai binary-coded decimal
(BCD). Penyandian yang
sering digunakan dikenal sebagai
sandi 8421 BCD.
Selain penyandian 8421 BCD, juga dikenal sejumlah penyandian yang
lain.
Contoh
Ubah 25 menjadi bilangan BCD
Penyelesaian
210 =
0010 dan
510 = 0101
Sehingga, 2510 = 0010
0101 BCD
Aritmatika Biner
a). Penjumlahan Biner
Penjumlahan
bilangan biner serupa
dengan penjumlahan pada bilangan desimal. Dua bilangan yang akan
dijumlahkan disusun secara vertikal dan digit-digit yang mempunyai
signifikansi sama ditempatkan
pada kolom yang sama. Digit-digit ini kemudian dijumlahkan dan jika
dijumlahkan lebih besar dari bilangan basisnya (10 untuk desimal, dan 2
untuk biner), maka ada bilangan yang
disimpan. Bilangan yang
disimpan ini kemudian dijumlahkan
dengan digit di sebelah kirinya, dan
seterusnya. Dalam penjumlahan
bilangan biner, penyimpanan akan
terjadi jika jumlah
dari dua digit yang dijumlahkan adalah 2.
Berikut adalah aturan dasar untuk penjumlahan pada sistem bilangan biner.
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0, simpan 1
Tabel 1.4. menunjukkan
perbandingan antara penjumlahan
pada sistem bilangan desimal dan system bilangan biner,
yaitu 82310 + 23810 dan 110012 +
110112.
Tabel 1.4.
Penjumlahan
![]() |
Marilah kita perhatikan
penjumlahan biner dengan
lebih seksama.
Kolom satuan : 1
+ 1 = 0, simpan 1
Kolom 2-an
: 0 + 1 = yang disimpan = 0, simpan
1
Kolom 4-an
: 0 + 0 yang disimpan = 1
Kolom 8-an :
1 + 1 = 0, simpan 1
Kolom 16-an :
1 + 1 yang disimpan = 1, simpan 1
Kolom 32-an
: yang disimpan 1 = 1
Jika lebih dari dua buah digit biner dijumlahkan,
ada kemungkinan yang disimpan
lebih besar dari
1. Sebagai contoh,
1 + 1 = 0, simpan
1
1 + 1 + 1 = 1,
simpan 1
Contoh berikut
menunjukkan penjumlahan dengan penyimpanan lebih besar dari 1.
1 + 1 + 1 + 1
= (1 + 1) + (1 + 1)
= (0, simpan 1) + (0, simpan 1)
= 0, simpan 2;
1 + 1 + 1 + 1 +
1 = 1 + (1 + 1) + (1 + 1)
= 1, simpan 2
0 + yang disimpan 2 = 1, simpan 1
1 + yang disimpan 2 = 0, simpan 2,
dan seterusnya.
b). Pengurangan
Biner
Pada bagian ini
hanya akan ditinjau
pengurangan bilangan biner yang memberikan hasil positif. Dalam hal ini,
metode yang digunakan adalah sama dengan metode yang digunakan
untuk pengurangan pada bilangan desimal. Dalam pengurangan
bilangan biner jika
perlu dipinjam 1 dari kolom di sebelah kirinya, yaitu kolom yang
mempunyai derajat lebih tinggi.
Aturan umum untuk
pengurangan pada bilanagan
biner adalah sebagai berikut :
0 – 0 = 0
1 – 0 = 1
1 – 1 = 0
0 – 1 = 1, pinjam 1
Contoh :
Kurangilah 11112 dengan
01012
Penyelesaian
Susunlah dua bilangan
di atas ke dalam kolom
sebagai berikut :
Secara lebih
rinci, dimulai dari LSB (20
= 1)
Kolom 20 1 – 1
= 0
Kolom 21
1 – 0 = 1
Kolom 22
1 – 0 = 0
Kolom 23
1 – 0 = 1
Sehingga, 11112
– 01012 = 10102
Contoh Kurangilah 11002 dengan 10102
Penyelesaian
Secara lebih
terinci, dimulai dari LSB (20 = 1)
Kolom 20 0 – 0
= 0
Kolom 21 0 – 1
= 1
Dalam kasus ini
kita harus meminjam 1 dari bit pada kolom 22 . Karena datang dari kolom 22, maka nilainya 2 kali nilai pada kolom 21 .
Sehingga, 1 (bernilai 22 ) – 1
(bernilai 21
) = 1 (bernilai 12).
Bila meminjam 1
dari kolom di sebelah kiri maka berlaku aturan umum 1 – 1 = 1.
Kolom 22
0 – 0 = 0
Nilai 1 dari
kolom 2 diubah menjadi nol karena sudah dipinjam seperti yang
ditunjukkan dengan anak panah.
Kolom 23 1 – 1 = 0
Sehingga, 11002 – 10102 = 00102
c). Bilangan
Biner Bertanda
Sejauh ini kita hanya melihat bilangan biner positif atau bilangan biner
tak bertanda. Sebagai contoh bilangan biner 8-bit dapat mempunyai nilai
antara : 0000 00002 = 0010 dan 1111 11112 = 25510 yang semuanya
bernilai positif, tanda
‘-‘ diletakkan di sebelah
kiri bilangan desimal,
misalnya –2510. Dalam
sistem bilangan biner, tanda bilangan (yaitu negatif) juga disandikan dengan cara
tertentu yang mudah
dikenal dengan sistem digital. Untuk menyatakan bilangan negatif pada
bilangan biner, bit yang dikenal dengan
bit tanda bilangan (sign bit) ditambah di sebelah kiri MSB. Bilangan biner
yang ditulis dengan cara di atas menunjukkan tanda dan besarnya bilangan.
Jika bit tanda ditulis
0, maka bilangan tersebut positif,
dan jika ditulis
1, bilangan tersebut adalah
bilangan negatif. Pada
bilangan biner bertanda yang
terdiri dari 8-bit,
bit yang paling
kiri menunjukkkan besarnya.
Perhatikan contoh berikut :
![]() |
Maka, 0110 0111 = +(64+32+4+2+1) = +10310
1101 0101 = -(64+16+4+2) = - 8510
1001 0001 = -(16 + 1) = -1910
0111 1111 = +(64+32+16+8+4+2+1) = +12710
1111 1111 = -(64+32+16+8+4+2+1) = - 12710
1000 0000 = -0 = 0
0000 0000 = +0 = 0
Dari contoh
diatas dapat dilihat,
bahwa hanya karena tujuh
bit yang menunjukkan besarnya, maka bilangan terkecil dan
terbesar yang ditunjukan
bilangan biner bertanda yang
terdiri dari 8-bit adalah :
[1]111 11112 = - 12710 dan
[0]111 11112 = + 12710
Dengan bit
dalam kurung menunjukkan
bit tanda bilangan.
Secara umum, bilangan
biner tak bertanda
yang terdiri dari n-bit mempunyai
nilai maksimum M = 2 n – 1.
Sementara itu, untuk bilangan bertanda yang terdiri dari n-bit mempunyai nilai
maksimum M = 2 n-1 – 1.
Sehingga, untuk register 8-bit di
dalam mikroprosesor yang menggunakan sistem
bilangan bertanda, nilai
terbesar yang bisa disimpan dalam register tersebut adalah :
M
= 2(n-1) – 1
= 2(8-1) – 1
= 27 - 1
= 12810 – 1
= 12710
sehingga mempunyai
jangkauan – 12710 sampai +12710.
d). Perkalian
Perkalian pada
bilangan biner mempunyai aturan sebagai berikut :
0 x 0 = 0
1 x 0 = 0
0 x 1 = 0
1 x 1 = 1
Perkalian bilangan
biner dapat dilakukan seperti perkalian bilangan desimal.
Sebagai contoh, untuk
mengalikan 11102 = 1410 dengan 11012 = 1310 langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :
Perkalian juga
bisa dilakukan dengan menambah bilangan yang dikalikan ke bilangan itu sendiri
sebanyak bilangan pengali.
Contoh di atas,
hasil yang sama akan diperoleh dengan menambahkan 1112 ke bilangan itu sendiri sebanyak 11012 atau tiga belas kali.
e). Pembagian
Pembagian pada sistem bilangan
biner dapat dilakukan sama
seperti contoh pembagian
pada sistem bilangan desimal.
Sebagai contoh, untuk membagi 110011 (disebut
bilangan yang dibagi)
dengan 1001 (disebut pembagi), langkah-langkah berikut
perlu dilakukan.
Sehingga hasilnya
adalah 1012 , dan sisa pembagian adalah 1102.
Pembagian bisa
juga dilakukan dengan cara menjumlahkan
secara berulang kali bilangan pembagi dengan bilangan itu sendiri sampai
jumlahnya sama dengan
bilangan yang dibagi atau
setelah sisa pembagian
yang diperoleh lebih kecil dari bilangan pembagi.
Rangkuman
1.
Bilangan desimal adalah sistem
bilangan yang berbasis 10 dan
mempunyai sembilan simbol
bilangan yang berbeda :
0,1,2,3,4...,9.
2.
Bilangan biner adalah sistem
bilangan yang berbasis 2 dan mempunyai 2 simbol bilangan yang berbeda : 0 dan 1.
3.
Bilangan octal adalah sistem
bilangan yang berbasis 8 dan mempunyai 8 simbol bilangan yang berbeda.: 0,1,2,3,...,7.
4.
Bilangan hexa
desimal adalah sistem
bilangan yang berbasis 16 dan
mempunyai simbol bilangan yang berbeda.:
0,1,2,3,...9,a,b,c,d,e,f.
5.
Setiap digit biner disebut bit;
bit paling kanan disebut least significant
bit (LSB), dan
bit paling kiri
disebut most significant bit
(MSB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar